MAKNA & HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW
MAKNA & HIKMAH
MAULID NABI MUHAMMAD SAW BAGI UMAT MUSLIM DUNIA
Oleh : Abdullah Rahman Shaleh (Ketua LP-AIK STKIP Muhammadiyah Kalabahi)
Meski saat zaman kenabian hari Maulid belum dilakukan, di
masa sekarang peringatan ini menjadi perayaan besar yang diselenggarakan oleh banyak
umat di seluruh dunia. Dalam Peringatan Maulid Nabi (Tinjauan Sejarah dan
Tradisinya di Indonesia) yang ditulis Moch Yunus disebutkan bahwa Perayaan
Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam beberapa
waktu setelah Nabi Muhammad wafat. Makna Maulid Nabi Muhammad SAW Peringatan
tersebut bagi umat muslim adalah penghormatan dan pengingatan kebesaran dan
keteladanan Nabi Muhammad dengan berbagai bentuk kegiatan budaya, ritual dan
keagaamaan. Meski begitu sampai saat ini masih ada kontroversi tentang
peringatan tersebut di antara beberapa ulama yang memandang sebagai Bid'ah atau
bukan Bid'ah. Momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad juga menjadi penyemangat
untuk menyatukan semangat dan gairah keislaman.
Menurut
catatan Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015), perayaan Maulid Nabi
sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah. Kala itu
seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin
Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk
mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Dari Madinah,
Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada
penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Jika di Madinah
bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk
merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.
Khaizuran merupakan sosok berpengaruh
selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa
Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah
al-Rasyid (putra). Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu
menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. Hal ini dilakukan agar teladan, ajaran,
dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan
umat Islam pada umumnya.
Selain itu hikmah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat dihidupkan oleh umat Islam dengan semangat juang dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka. Seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini) yang dikenal sebagai Salahuddin Ayyubi (Masa kekuasaan 1174 M. sampai dengan 4 Maret 1193 M) mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal.
Salahuddin ingin agar perayaan maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa. Namun gagasan Salahuddin tentang Peringatan Maulid Nabi ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Sumber: https://tirto.id/f6rh
Post a Comment