Menjadi Wisudawan Yang Mencerahkan
Menjadi Wisudawan Yang Mencerahkan
WISUDA merupakan sebuah hajatan sakral bagi insan akademika dan menjadi symbol akan berakhirnya perjalanan panjang berliku seorang mahasiswa mengejar ilmu sekian lama di perguruan tinggi. Kadang ada tawa dan tak jarang meleleh air mata saat hajatan itu akan berlangsung atau sedang berlangsung dan setelah berlangsung. Tak sedikit dari mereka kemudian mendokumentasikan momentum bahagianya itu dengan berbagai pose dan gaya di depan kamera, mulai dari kamera ponsel mereka ataupun kamera sang kameramen profesional yang menjepret mereka di setiap sudut mana saja yang mereka maui. Momentum indah dan bahagia itu kemudian biasanya mereka manfaatkan untuk mengabadikan bersama orang-orang yang mereka cintai dan sayangi terlebih bagi mereka yang memiliki orangtua dan kerabat terdekat mereka.
Sebagai wisudawan tentunya sangat berbahagia karena ia telah melewati masa-masa sulit yang menegangkan dan melelahkan. Masa dimana ia tak lagi dibentak oleh dosen demi menggapi nilai IPK terbaiknya, atau masa dimana dia tak lagi mengejar deadline karena target ujian skripsi yang telah dipatok oleh pembimbingnya. Bahwa jika dia tidak memenuhi target waktu yang telah disampaikan oleh doen pembimbingnya itu maka ia tak bisa mendaftarkan menjadi wisudawan tahun ini. Dan masa dimana ia tak lagi harus tergopo-goo masuk kelas, namun karena dosen sudah berada di dalam kelas, maka ia tak diperbolehkan masuk walau ia harus berjuang untuk berangkat dari rumah/kosannya dengan bersusah payah. Ada yang berjalan kaki dan berlari kecil dari kosan menuju kampus. Ada yang menumpang angkot yang jarang melewati jalur dan rutenya karena belum tersedia angkutan umum baik angkutan perdesaan maupun angkutan kota apalagi busmini. Atau ada pula yang harus berdayung sampan dari pula seberang menuju pulau satunya lagi karena tak punya biaya untuk bayar kos dan makan sehari-hari di kota demi menggapai hari bahagia yang dirayakan pada hari wisudah itu. Dan takkan ada lagi ia mengejar batas waktu pembayaran SPP atau registrasi karena dikejar waktu yang sangat melilit waktu dan fikirannya. Sebab jika ia terlambat membayar regis dalam tempo terlambat satu jam saja dia harus cuti karena keterlambatan itu tadi. Dan pokoknya seabrek penderitaan seorang mahasiswa di masa-masa kulaihnya yang begitu menegangkan dan melelahkan. Dan hari ini, di hari wisuda mereka telah lega dan telah bahagia. Bahagia bersama orang-orang yang mereka cintai dan sayangi dan teramsuk bersama rekan-rekan seangkatan dan sekelasnya.
Tentunya menjadi wisudawan yang mencerahkan itu butuh perjuangan dan juga banting tulang peras keringat bahkan airmata…
Rahman's
Post a Comment